Oleh Muttaqin, S.H.I
Guru Pondok Modern Darussalam Gontor
من عرف لغة قوم سلم من مكرمهم
“Barang
siapa menguasai bahasa suatu kaum, maka ia akan selamat dari tipu daya mereka.”
Ada sebuah kisah
menarik yang dinukilkan oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Syahdan, ada tiga orang
miskin yang berasal dari daerah yang berbeda—Romawi, Arab, dan Turki—sedang
duduk-duduk di pinggir jalan. Kemudian, lewatlah seorang saudagar dan memberi
mereka sekeping uang.
Ketika hendak
membelanjakannya, setiap dari mereka saling memaksa keinginannya kepada yang
lain hingga terjadilah perselisihan. Orang Romawi berkata, “Uang ini harus kita
belikan rastafil.” Orang Arab berkata, “Uang ini harus kita belikan inab.”
Orang Turki berkata, “Uang ini harus kita belikan uzum.”
Bersamaan dengan
itu, lewatlah seorang ahli bahasa yang paham bahasa Romawi, Arab, dan Turki.
Setelah memahami maksud mereka, orang itu pun pergi membeli buah anggur dengan
uang keping tadi.
Tidak lama
kemudian, ia datang dengan membawa buah anggur yang membuat ketiga orang tadi
gembira. Orang Romawi berkata, “Alhamdulillah, ini adalah rastafil yang
saya inginkan.” Orang Arab berkata, “Alhamdulillah, ini adalah inab yang
saya mau.” Orang Turki berkata, “Alhamdulillah, ini adalah uzum yang
saya cari.”
Petikan kisah di
atas memberi pelajaran penting kepada kita, yakni betapa pentingnya menguasai
bahasa suatu kaum. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia. Terlebih di zaman globalisasi ini, bahasa
sangat diperlukan di kancah dunia. Dengan menguasai berbagai macam
bahasa—terutama bahasa Arab dan Inggris—dunia serasa berada dalam genggaman
kita.
Pada masa Dinasti
Abbasiyah, profesi penerjemah menjadi salah satu profesi yang menjanjikan. Pada
masa itu, seorang penerjemah mendapatkan hadiah berupa emas seberat buku yang
diterjemahkannya. Sebagaimana Khalifah al-Ma’mun menghadiahi Hunain bin Ishaq.
Kegiatan terjemah ini pula yang menjadi salah satu faktor kejayaan Islam di
masa lampau.
Bagi kaum muslim,
penguasaan bahasa Arab akan sangat membantu dalam beribadah, seperti menuaikan
ibadah haji. Ketika membutuhkan sesuatu di Tanah Suci, Anda tidak perlu
bersusah-payah mencari penerjemah.
Di samping itu,
penguasaan bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya—Nahwu, Sharf, Balaghah,
Mantiq, dan lain-lain—juga akan memudahkan kita dalam memahami al-Qur’an yang
diturunkan dalam bahasa Arab. Jika kita mengerti apa yang terkandung dalam
al-Qur’an, tentu akan semakin terasa nikmat saat membacanya.
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan
menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah, serta menjadikan generasi awal
agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam
memahami dan mengetahui ajaran Islam, kecuali dengan bahasa Arab.”
Beliau juga
mengatakan bahwa bahasa Arab memberi pengaruh besar bagi kehidupan seorang
muslim. Seorang muslim yang pandai berbahasa Arab, akan sangat mudah memahami
kitab-kitab klasik yang dikarang oleh ulama-ulama terdahulu. Dengan begitu,
penguasaan bahasa Arab akan semakin menguatkan keimanannya.
Sementara bahasa
Inggris, saat ini menjadi bahasa yang paling banyak dijadikan sebagai bahasa
resmi berbagai negara di dunia. Tercatat ada 53 negara dan 10 organisasi
antarbangsa yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya.
Meski ada sebagian
orang menganggap sebagai bahasa orang kafir, tetapi tidak salahnya untuk
mempelajarinya. Bukan untuk mengikuti kebiasaan orang Barat (tasyabbuh),
setidaknya kemampuan bahasa Inggris akan memudahkan kita untuk memahami tulisan
orientalis yang banyak menyudutkan Islam.
Di samping itu,
seseorang yang mengerti berbagai bahasa, akan sangat mudah untuk meningkatkan
karirnya. Dia akan menjadi manusia yang penuh percaya diri ketika bergaul,
mudah berkonsultasi dengan klien dari mancanegara, dan sukses dalam kerjasama
tingkat internasional.
Tentu, dengan
menguasai bahasa klien. kita mengerti apabila mereka memiliki niat jahat.
Secara otomatis, kita akan selamat dari tipu daya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar